Kamis, 22 Oktober 2015

Memadukan pembelajaran dengan wayang kampung sebelah



3.3    Menganalisis teks anekdot baik melalui lisan maupun tulisan
·           Analisis isi teks anekdot
·           Penyuntingan isi sesuai dengan struktur isi teks anekdot
·           Penyuntingan bahasa sesuai dengan: struktur kalimat, ejaan, dan tanda baca
Mengamati
·  membaca teks anekdot
·  membaca teks anekdot yang ditulis teman
Menanya
·  mempertanyakan isi teks anekdot
·  mempertanyakan struktur dan kaidah teks anekdot
Mengeksplorasi
·  menganalisis isi  teks anekdot
(aspek kelucuan, sindiran, dan  pengandaian) dengan cermat
·  menganalisis bahasa teks anekdot (pilihan kata, gaya bahasa, dan konjungsi ) dengan cermat
·  menyunting teks  yang ditulis teman dari aspek struktur isi  dan bahasa teks anekdot dengan cermat
·  memperbaiki teks anekdot berdasarkan hasil suntingan
Mengasosiasi
·  membandingkan hasil analisis dan saling melengkapi untuk mencari kebenaran
·  menemukan dan menyimpulkan struktur dan kaidah teks anekdot yang baik
Mengomunikasikan
·  mempresentasikan hasil analisis dengan rasa percaya diri
·  menanggapi presentasi teman/kelompok lain secara santun
·  membacakan teks anekdot dengan intonasi dan ekspresi yang tepat
·  mengomentari/menanggapi struktur isi dan bahasa teks anekdot yang dibacakan teman/kelompok lain dengan santun
Tugas:
·          para siswa diminta berdiskusi untuk memahami struktur dan kaidah teks anekdot
·          secara individual peserta didik diminta menyunting teks anekdot sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan
Observasi,: mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan.
Portofolio :  menilai laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks anekdot
Tes tertulis : menilai kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, dan menyunting teks anekdot sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan

Wayang Kampung Sebelah (WKS)
Menurut saya wayang kampung sebelah tepat untuk pembelajaran teks anekdot, karena nilai yang terkandung dalam cerita tersebut, siswa dapat mengambil hikmahnya dan memahami nilai tanggung jawab yang benar itu seperti apa.
Wayang Kampung Sebelah memang keluar dari pakem dan tokoh wayang pada umumnya. Tokoh-tokohnya diciptakan sendiri. Di antaranya Kampret, Pak Lurah Somad, Raja Dangdut Koma Ramarimari, Minul Daratinggi, dan Syah Marni.
Untuk memaknai kembali arti demokrasi. Pementasan yang digelar dalam rangka mengisi pentas dalam Bulan Bahasa karena memang merepresentasikan apa yang dibutuhkan mahasiswa.
 “Kedaulatan rakyat hanya ditentukan sekian detik di bilik suara. Demokrasi nonsense (tidak masuk akal). Pemilu harusnya jadi pesta demokrasi. Kepala negara hanya ditentukan sebatas angka. Bukan suara yang didengar dari bawah. Pesta demokrasi semacam ini hanya prosedural dan transaksional,” tandasnya.
Selesai menyanyi, Ki Jlitheng bedhol kayon untuk menampilkan potret kecil demokrasi Indonesia lewat ajang Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Bangunjiwo yang sarat kecurangan. Dikisahkan pilkades yang diikuti tiga calon kades tersebut dimenangkan pemilik nomor urut dua, Somad.
Kemenangan kades bertanda gambar “Iwak Koyor” ini diperoleh setelah dirinya menyuap Ketua Panitia Pilkades Bangunjiwo, Sidik Wacono. Kecurangan tersebut rupanya terendus pesaing Somad, Klungsur. Pemilik nomor urut satu bertanda gambar “Tahu Bacem” ini emoh tinggal diam. Uang yang telah ia keluarkan untuk “serangan fajar” pemenangannya menyulut amarah lelaki yang digambarkan mirip Vicky Prasetyo ini.
Klungsur pun menggandeng Jhonny menyusun siasat untuk menggugat kecurangan Somad. Serangan dilancarkan saat pesta pemenangan Kades Bangunjiwo digelar. Di sela kemeriahan acara pentas dangdut, Jhonny mendadak naik ke panggung dan berorasi. “Apa jadinya desa ini kalau dipimpin orang yang sejak awal sudah bertindak curang!” teriak Jhonny.
Sosok pemabuk desa andalan WKS, Kampret, terusik ulah Jhonny yang mengganggu keseruannya menikmati aksi para biduan. Di bawah pengaruh alkohol, Kampret balik menuding Jhonny sebagai pejuang demokrasi yang tidak bersih karena hanya mau berjuang lantaran dibayar Klungsur. Kericuhan pun meletus.
Di tengah konflik yang sedang memanas, datanglah Karyo yang menagih pertanggungjawaban penyelenggaraan acara kepada polisi, tentara, modin, hingga lurah yang baru dilantik. Bukannya penyelesaian yang didapat, justru semuanya saling lempar tanggung jawab.
“Ternyata kita belum berdemokrasi, kita belum bisa bernegara, kita belum bisa berdaulat. Saatnya bangsa ini sadar. Kesadaran akan muncul ketika kita mau mawas diri. Jujur melihat kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri kita. Mawas diri sangat diperlukan agar muncul tekad dan keberanian melakukan perubahan,” kata Karyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar