Rabu, 30 Desember 2015

PERMASALAHAN EKSTERNAL DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS


 
Zaman semakin maju, tekhnologi semakin berkembang. Kreativitas anak bangsa semakin luar biasa. Seiring kemajuan bangsa melunturkan minat membaca dan menulis pada peserta didik. Kemampuan membaca anak Indonesia dikatakan masih rendah, bahkan kebudayaan membaca hampir punah ditelan zaman, ini disebabkan karena banyak temuan baru yang membuat anak menjadi nomor terakhir dalam membaca buku. Pada kenyataannya siswa lebih minat membaca pesan singkat melalui telepon genggam. Sekarang ini tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga menggunakan sosial media. Inilah dampak terbesar yang mempengaruhi retaknya kemampuan membaca. Bayangkan, setiap bulan biaya yang mereka keluarkan hampir Rp. 50.000,- hanya untuk membeli kuota.
Sebagian besar lebih menyayangkan uangnya ditukar dengan sebuah buku bacaan.   Begitu besar dampak suatu tekhnologi dalam mempengaruhi perkembangan anak bangsa. Menulis bukanlah suatu hal mudah melainkan sesuatu yang membutuhkan ide, gagasan matang, dan konsep yang jelas. Tekhnologi tidak hanya berpengaruh pada pembelajaran membaca melainkan juga mempengaruhi perkembangan anak dalam menulis. Diera yang serba modern ini, peserta didik lebih suka menulis status dimedia sosial (caption) dari pada menulis puisi ataupun cerpen. Ada faktor yang mempengaruhi munculnya masalah tersebut.
A.  Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi tiga hal antara lain yaitu faktor keluarga ,faktor sekolah dan faktor masyarakat,ketiga faktor ini saling mempengaruhi.
1.    lingkungan keluarga
Keluarga sangat berpengaruh pada anak terutama pada perkembangan membaca dan menulis. keluargalah yang pertama kali menciptakan kepribadian anak. Orang tualah yang memberi dorongan kepada anaknya untuk belajar karena terkadang anak mengalami penurunan semangat dalam belajar. saat itu orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya. Penanaman disiplin membaca dan menulis pada anak sangat penting, orang tua harus memberikan contoh kedisiplinan pada anak.
Dengan mencontohkannya, misalnya setiap hari orang tua harus membaca buku ataupun koran sehingga anak termotivasi untuk ikut membaca. Dan setidaknya orang tua menuliskan sebuah memo untuk anaknya sebelum berangkat kerja dengan begitu anak akan merasa bahwa dia juga harus ikut menulis sebuah memo untuk orang tuanya. Hal kecil tapi membawa dampak yang besar bagi perkembangan belajar membaca dan menulis anak. Kemampuan ekonomi orang tua juga mempengaruhi keberhasilan membaca dan menulis.
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar, alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua peserta didik, maka akan mengganggu pada proses keterampilan membaca dan menulis.

2.    lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor eksternal dalam pembelajaran membaca dan menulis. Cara mengajar guru,metode yang digunakan,fasilitas sekolah, relasi guru dengan peserta didik, relasi antar peserta didikmerupakan faktor penting bagi siswa karena penerapan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Begitu pula sebaliknya ketidaksesuaian guru dalam menerapkan pembelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar pada siswa terutama pada keterampilan membaca dan menulis.berbagai pemahaman yang hendak diperoleh siswa tidak tercapai sehingga siswa mengalami gangguan belajar.
Membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang wajib dikuasai siswa, pengajaran yang tidak menggunakan metode yang menarik minat siswa akan membuat jenuh dan bosan untuk belajar. Fasilitas yang tidak lengkap juga berpengaruh, misalnya keterbatasan buku-buku bacaan di perpustakaan juga akan menurunkan minat baca peserta didik. Hubungan yang terjalin baik antara guru dan peserta didik juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar membaca dan menulis, guru yang disenangi akan menumbuhkan semangat belajar siswanya. Memudahkan peserta didik dalam menerima pembelajaran.
3.    lingkungan masyarakat
lingkungan masyarakat mempengaruhi prilaku sosial anak,lingkungan yang baik akan membawa dampak yang positif.Pengaruhnya dapat mendorong semangat peserta didik. Sedangakan lingkungan yang kurang baik akan menimbulkan pengaruh yang negatif.Pergulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Teman yang rajin membaca dan menulis akan mempengaruhi menumbuhkan motivasi dan semangat yang sama untuk disiplin membaca dan menulis. Sedangkan teman yang suka bolos, sukanya bermain juga akan menular keburukannya.
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami kesulitan ketika memerlukan teman belajar, berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar. Jadi lingkungan masyarakat terutama teman sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar membaca dan menulis peserta didik.

Korelasi Bahasa dan Logika



A.    Logika
Istilah logika berasal dari kata ‘logos’ (Bahasa Yunani) yang berarti kata atau pikiran yang benar. Jika ditinjau dari segi istilah saja, maka ilmu logika itu berarti ilmu berkata benar atau ilmu berpikir benar (Bakry, 1981:18). Dalam kamus filsafat, logika yang dalam bahasa inggris ‘logic’, latin ‘logica’, yunani ‘logike’ atau ‘logikos’ berarti apa yang dapat dimengerti atau akal budi yang berfungsi baik, teratur, dan sistematis (Bagus, 1996:519).
Dalam pengertian lain logika merupakan ilmu berpikir tepat yang dapat menunjukkan adanya kekliruan-kekeliruan di dalam rantai proses berpikir. Dengan batasan itu, logika pada hakekatnya adalah teknik berpikir. Logika mempunyai tujuan untuk memperjelas isi suatu istilah.Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat mengisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah (Kusumah, 1986:2) . Logika sebagai cabang filsafat membicarakan aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil kesimpulan yang benar.
Menurut Lowis O. Kattsoff (11986:71) logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu, oleh karena itu logika juga dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.Fungsi logika diantaranya adalah untuk membedakan satu ilmu dengan yang lainnya jika objeknya sama menjadi dasar ilmu pada umumnya dan falsafah pada khususnya (Kasmadi, dkk, 1990:45)
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.







Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis- premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.Contoh argumen deduktif:
1.      Setiap mamalia punya sebuah jantung
2.      Semua kuda adalah mamalia
3.      Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif:
1.      Kuda Sumba punya sebuah jantung
2.      Kuda Australia punya sebuah jantung
3.      Kuda Amerika punya sebuah jantung
4.      Kuda Inggris punya sebuah jantung
5.      Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.
Deduktif
Induktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

B.     Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskertaभाषा, bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.Perkiraan jumlah dari bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa.

Namun, perkiraan tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa, dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat belajar, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut.
Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.Bahasa oral dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata, dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa, dan penyebutan.Bahasa manusia unik karena memiliki properti-properti produktivitas, rekursif, dan pergeseran, dan karena ia secara keseluruhan bergantung pada konvensi sosial, dan pembelajaran.
Strukturnya yang kompleks mampu memberikan kemungkinan ekspresi, dan penggunaan yang lebih luas daripada sistem komunikasi hewan yang diketahui.Bahasa diperkirakan berasal sejak hominin mulai secara bertahap mengubah sistem komunikasi primata mereka, memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori pikiran dan intensionalitas berbagi. Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan meningkatnya volume otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi sosial, dan komunikatif tertentu.
Bahasa diproses pada banyak lokasi yang berbeda pada otak manusia, tapi terutama di area Broca dan area Wernicke.Bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa.
Bila dijelaskan sebagai suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat,makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan, dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari

suara, gerak, huruf-huruf atau simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan, atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi, suatu isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal kepada penerima yang menterjemahkannya.
Beberapa properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah kesembarangan dari isyarat linguistik, berarti bahwa tidak ada koneksi yang dapat diprediksi antara suatu isyarat linguistik dan maknanya, dualitas dari sistem lingustik, berarti bahwa struktur linguistik dibangun dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur besar yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan, misalnya bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk frasa, ciri-ciri dari elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen pembangun dari isyarat linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan disusun kembali dalam pola-pola berbeda, dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti bahwa jumlah terbatas dari elemen-elemen lingustik dapat digabungkan secara teoritis menjadi sejumlah kombinasi tak terbatas
C.    Korelasi Antara Bahasa Dan Logika
Dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan bergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang digunakan.Penggunaan bahasa sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari pernyataan “Lukisan itu tidak jelek”, maka yang saya maksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, atau saya bermaksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun saya tidak berani untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
Penggunaan bahasa sebagai alat dari logika masih memiliki kekurangan. Contohnya puisi yang diubah ke dalam bentuk prosa. Puisi tadi akan kehilangan nilai puisi-nya, pikiran yang tadi muncul didalam puisi dengan indahnya tidak lagi menghantarkan maknanya kepada si pembaca. Hakekat kesusastraan berada di atas hubungan dan batas-batas logika, bahkan keindahana dalam puisi bertentangan syarat-syarat logika.Begitu pula terjadi didalam peribahasa, perumpamaan-perumpamaan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari mungkin dapat dimengerti seperti “bintang lapangan”, “kupu-kupu malam”. Syarat-syarat logika dalam pembentukan peribahasa diabaikan didalam susunan kata –katanya dan isinya.



Bahasa sebagai alat logika memiliki kekurangan–kekurangan, karena sebagaian besar bahasa berkembang dan dipengaruhi oleh proses berpikir secara tidak logis, seperti simbolisme didalam mitologi. Jadi,bahasa memiliki dua fungsi yang dilihat dari segi perkembangannya. Bahasa lebih mudah digunakan pada kesusastraan daripada sebagai alat pemikiran ilmiah umumnya khususnya pada logika.
Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalm praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat berhubungan erat dengan bahasa.

Analisis Objektif SITI NURBAYA




Identitas Buku
Nama Pengarang         : Marah Rusli. Seorang Minang yang berpendidikan Belanda dalam ilmu kedokteran hewan.
Judul Buku                  : Sitti Nurbaya. (Kasih Tak Sampai)
Penerbit                       : Balai Pustaka.
Cetakan                       : 44 tahun 2008
Tempat Terbit              : Jakarta.
Tahun Terbit                : 2008
Tebal Buku                  : 334 Halaman.

Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam novel Sitti Nurbaya sebagai berikut:
1.      Tema
Sitti Nurbaya cenderung dianggap mempunyai tema anti-pernikahan paksa, atau menjelaskan perselisihan antara nilai Timur dan Barat.  Novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu "monumen perjuangan pemuda-pemudi yang berpikiran panjang" melawan adat. Namun, tidaklah adil apabila Sitti Nurbaya dianggap hanya sebuah cerita tentang kawin paksa, sebab hubungan antara Sitti Nurbaya dan Samsul dapat diterima masyarakat. Ditegaskan bahwa novel ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan Tradisional terhadap pernikahan, yang dilengkapi dengan kritik sistem mas kawin dan poligami.
2.      Amanat
Pesan utama dari novel disampaikan dengan dialog panjang antara tokoh-tokoh dengan dikotomi moral, untuk menunjukkan alternatif dari pendirian penulis. Namun, pandangan yang "benar" ditunjukkan dengan kedudukan sosial dan moral tokoh yang mengajukan pandangan tersebut.
Cinta itu tidak dapat dipaksakan, cinta itu tidak dapat dikekang. Kita tidak bisa memelihara cinta dalam ruang yang terbatas, karena hakikatnya cinta itu bebas. Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya. Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati. Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga. Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya. Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
3.      Latar( Setting)
Waktu             : Pagi, Siang, Petang
Suasana           : Sedih, Gembira, Tertekan
Tempat            : Di kediaman Baginda Sulaiman, di toko Baginda Sulaiman,  kediaman Datuk Maringgih, Di kediaman samsul Bahri, Di bawah pohon, dsb.
4.      Alur    : Maju
Cerita novel “Siti Nurbaya” ini ceritanya benar-benar dimulai dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan berakhir dengan pemecahan masalah. Pengarang menyajikan ceritanya secara terurut atau secara alamiah.
5.      Penokohan (Watak Tokoh)
-          Siti Nurbaya sebagai pelaku utama Tokoh Protagonis, anak Baginda Sulaeman (saudagar kaya di Padang), wataknya: Lemah lembut, penyayang, tutur bahasanya.
Siti Nurbaya adalah salah satu protagonis utama. Sitti Nurbaya merupakan tokoh yang dapat mengambil keputusan sendiri, sebagaimana terwujud ketika dia memutuskan untuk menikah Datuk Meringgih. Ketika Datuk Meringgih mengancam ayahnya, kesediaannya untuk mendorong Samsul, dan pelariannya dari Meringgih setelah ayahnya meninggal. Dia juga cukup mandiri untuk pergi ke Batavia sendiri untuk mencari Samsul. Tindakannya dianggap melanggar adat, dan ini akhirnya membuat dia diracuni. Kecantikannya, sehingga disebut "bunga Padang", dianggap sebagai wujud fisik dari hatinya yang baik dan beradab.
-          Samsul Bahri sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Sultan Mahmud Syah (penghulu di Padang), wataknya: Orangnya pandai, tingkahlakuya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.
Samsul bahri adalah protagonis pria utama. Dia dinyatakan sebagai orang yang berkulit kuning langsat, dengan mata sehitam tinta. Namun, dari jauh dia dapat dikira orang Belanda. Sifat fisik ini sebagai wujud sifatnya yang suka menjadi seperti orang Belanda. Penampilannya yang menarik juga dianggap sebagai wujud sifatnya yang baik dan beradab.
-          Datuk Maringgih sebagai pelaku utama (Tokoh Antagonis), laki-laki yang berwatak kikir, picik, penghasud, kejam, sombong, bengis, mata keranjang, penipu, dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri.
Datuk Meringgih adalah antagonis utama dari novel. Dia seorang pedagang yang dibesarkan di keluarga yang miskin, lalu menjadi kaya setelah masuk ke dunia kriminal. menyatakan bahwa dorongan utama Meringgih dalam cerita ialah rasa iri dan keserakahan, sebab dia tidak dapat menerima bahwa ada yang lebih kaya daripada dia. Datuk Meringgih adalah tokoh yang digambarkan dengan hitam dan putih, tetapi mampu untuk menyebabkan konflik di sekitarnya. Menjelang akhir novel, Meringgih menjadi pejuang pasukan anti-kolonialis, didorong oleh keserakahannya.
-          Baiginda Sulaeman sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana,sopan, ramah, adil, penyayang.
-          Sultan Mahmud Syah sebagai pelaku tambahan (Toloh Protagonis), Ayahnya Samsul Bahri yang berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.
-          Siti Maryam sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.
-          Zainularifin sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkah lakunya sopan dan santun, halus budi bahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.
-          Bakhtiar sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkahlakunya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.
-          Alimah sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), saudaranya Siti Nurbaya, yang bewatak lemah lembut, santun setiakawan, bijaksana.
-          Pak Ali sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis).
6.      Sudut Pandang.
Sudut pandang yag digunakan oleh pengarang novel “Siti Nurbaya” ini yaitu sudut pandang maha tahu. Pengarang berada di luar cerita hanya menjadi seorang pengamat yang maha tahu dan bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca.
7.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang di gunakan sudah menggunakan gaya bahasa dan sastra modern yang menggunakan ejaan baru, sehingga mudah untuk dipahami makna dalam novel tersebut.