Akhir – akhir ini
banyak berita yang mengulas tentang bentrokan antara warga kangkai dengan suku
rimba. Suasana mencekam masih menyelimuti Desa Kungkai, Kabupaten Merangin
Jambi . Bentrok antar warga Suku Rimba
dan warga setempat pun sepertinya masih menyisakan dendam. Dari pengakuan
warga suku rimba,
ternyata kemarahan mereka memuncak tidak cuma karena ada anak warga desa yang
meludahi mereka. Namun, ternyata, ada perlakuan buruk dari warga desa terhadap
mereka. Seolah-olah suku rimba dianggap orang yang tidak perlu dihormati,
sesama manusia harus mempunyai rasa hormat satusama lain tidak mengenal suku,
ras, keyakinan dsb.
Suku rimba memang hidup
didalam hutan, namun suku rimba masih mengetahui rasa hormat sesama manusia.
Suku rimba tidak menetap seperti warga kangkai yang hidupnya menetap permanen,
suku rimba masih memegang erat adat yang ditinggalkan nenek moyang mereka.
Tetapi, suku rimba juga berkebun layaknya warga sekitar.
Jika ada salah satu
anggota keluargan dari suku rimba yang meninggal mereka meninggalkan rumah yang
sudah dibangunnya, lalu berpindah membangun kembali rumah untuk ditinggali, dan
jika ada anggota keluarganya yang meninggal maka mereka akan berpindah lagi.
Adat yang dipegang suku rimba masih sangat erat, mereka mempercayai adanya
dewa-dewa yang melindungi mereka dari apapun.
Pemerintah berupaya
memberikan sumbangan rumah untuk ditinggali, namun itu percuma. Tidak sesuai
dengan cara hidup suku rimba yang berpindah-pindah. Pernah juga pemerintah
memberikan bangunan rumah untuk ditinggali suku rimba, namun akhirnya
ditinggalkan begitu saja dan bangunan tersebut tidak terawat.
Bentrokan warga desa
dan penghuni rimba Bukit Duabelas Jambi ini ditengarai oleh pemukulan yang
dilakukan warga suku rimba terhadap seorang anak di Desa Kungkai. Ketika itu,
anak-anak desa meludahi saat para warga suku rimba melintas di desa. Warga
rimba pun emosi dan secara spontan memukul anak-anak tersebut hingga
menimbulkan bentrokan kedua kubu. Anggota polisi dan tni diterjunkan untuk
mengamankan situasi yang bisa saja kembali memanas, pemerintah berupaya
mempertemukan seluruh warga dan suku rimba untuk membicarakan titik tengah dari
permasalahan yang sedang mereka hadapi. Tetapi usaha pemerintah belum menemukan
titik temu.
Apa salah suku rimba
hingga dibenci oleh warga kangkai, padahal suku rimba tidak menggangu warga
sekitar, mereka hidup dengan damai walaupun belum tersentuh oleh pemerintah.
Pilkada serentak banyak suku rimba tidak bisa ikut menyuarakan kata hati
mereka, kurangnya sosialiasi dari pemerintah untuk mencari tahu apa saja yang
sedang dibutuhkan suku rimba.
Warga pun nekat memburu
orang rimba hingga ke dalam hutan. Namun, dua warga tertembak yang masih
menggunakan senjata tradisional yamg dimilik orang rimba yakni kecepek. Satu
orang warga tewas di tempat karena tertembak dibagian kepala. Sementara warga
lainnya, terkena tembakan di dada dan kiri namun sempat dilarikan ke Rumah Sakit
setempat. Akhirnya warga yang tertembak dibagian dada kiri bisa selamat dari
senjata suku rimba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar