Rabu, 30 Desember 2015

Korelasi Bahasa dan Logika



A.    Logika
Istilah logika berasal dari kata ‘logos’ (Bahasa Yunani) yang berarti kata atau pikiran yang benar. Jika ditinjau dari segi istilah saja, maka ilmu logika itu berarti ilmu berkata benar atau ilmu berpikir benar (Bakry, 1981:18). Dalam kamus filsafat, logika yang dalam bahasa inggris ‘logic’, latin ‘logica’, yunani ‘logike’ atau ‘logikos’ berarti apa yang dapat dimengerti atau akal budi yang berfungsi baik, teratur, dan sistematis (Bagus, 1996:519).
Dalam pengertian lain logika merupakan ilmu berpikir tepat yang dapat menunjukkan adanya kekliruan-kekeliruan di dalam rantai proses berpikir. Dengan batasan itu, logika pada hakekatnya adalah teknik berpikir. Logika mempunyai tujuan untuk memperjelas isi suatu istilah.Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat mengisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah (Kusumah, 1986:2) . Logika sebagai cabang filsafat membicarakan aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil kesimpulan yang benar.
Menurut Lowis O. Kattsoff (11986:71) logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu, oleh karena itu logika juga dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.Fungsi logika diantaranya adalah untuk membedakan satu ilmu dengan yang lainnya jika objeknya sama menjadi dasar ilmu pada umumnya dan falsafah pada khususnya (Kasmadi, dkk, 1990:45)
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.







Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis- premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.Contoh argumen deduktif:
1.      Setiap mamalia punya sebuah jantung
2.      Semua kuda adalah mamalia
3.      Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif:
1.      Kuda Sumba punya sebuah jantung
2.      Kuda Australia punya sebuah jantung
3.      Kuda Amerika punya sebuah jantung
4.      Kuda Inggris punya sebuah jantung
5.      Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.
Deduktif
Induktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

B.     Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskertaभाषा, bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.Perkiraan jumlah dari bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa.

Namun, perkiraan tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa, dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat belajar, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut.
Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.Bahasa oral dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata, dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa, dan penyebutan.Bahasa manusia unik karena memiliki properti-properti produktivitas, rekursif, dan pergeseran, dan karena ia secara keseluruhan bergantung pada konvensi sosial, dan pembelajaran.
Strukturnya yang kompleks mampu memberikan kemungkinan ekspresi, dan penggunaan yang lebih luas daripada sistem komunikasi hewan yang diketahui.Bahasa diperkirakan berasal sejak hominin mulai secara bertahap mengubah sistem komunikasi primata mereka, memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori pikiran dan intensionalitas berbagi. Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan meningkatnya volume otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi sosial, dan komunikatif tertentu.
Bahasa diproses pada banyak lokasi yang berbeda pada otak manusia, tapi terutama di area Broca dan area Wernicke.Bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa.
Bila dijelaskan sebagai suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat,makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan, dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari

suara, gerak, huruf-huruf atau simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan, atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi, suatu isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal kepada penerima yang menterjemahkannya.
Beberapa properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah kesembarangan dari isyarat linguistik, berarti bahwa tidak ada koneksi yang dapat diprediksi antara suatu isyarat linguistik dan maknanya, dualitas dari sistem lingustik, berarti bahwa struktur linguistik dibangun dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur besar yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan, misalnya bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk frasa, ciri-ciri dari elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen pembangun dari isyarat linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan disusun kembali dalam pola-pola berbeda, dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti bahwa jumlah terbatas dari elemen-elemen lingustik dapat digabungkan secara teoritis menjadi sejumlah kombinasi tak terbatas
C.    Korelasi Antara Bahasa Dan Logika
Dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan bergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang digunakan.Penggunaan bahasa sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari pernyataan “Lukisan itu tidak jelek”, maka yang saya maksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, atau saya bermaksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun saya tidak berani untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
Penggunaan bahasa sebagai alat dari logika masih memiliki kekurangan. Contohnya puisi yang diubah ke dalam bentuk prosa. Puisi tadi akan kehilangan nilai puisi-nya, pikiran yang tadi muncul didalam puisi dengan indahnya tidak lagi menghantarkan maknanya kepada si pembaca. Hakekat kesusastraan berada di atas hubungan dan batas-batas logika, bahkan keindahana dalam puisi bertentangan syarat-syarat logika.Begitu pula terjadi didalam peribahasa, perumpamaan-perumpamaan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari mungkin dapat dimengerti seperti “bintang lapangan”, “kupu-kupu malam”. Syarat-syarat logika dalam pembentukan peribahasa diabaikan didalam susunan kata –katanya dan isinya.



Bahasa sebagai alat logika memiliki kekurangan–kekurangan, karena sebagaian besar bahasa berkembang dan dipengaruhi oleh proses berpikir secara tidak logis, seperti simbolisme didalam mitologi. Jadi,bahasa memiliki dua fungsi yang dilihat dari segi perkembangannya. Bahasa lebih mudah digunakan pada kesusastraan daripada sebagai alat pemikiran ilmiah umumnya khususnya pada logika.
Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalm praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat berhubungan erat dengan bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar