A. Logika
Istilah
logika berasal dari kata ‘logos’ (Bahasa Yunani) yang berarti kata atau pikiran
yang benar. Jika ditinjau dari segi istilah saja, maka ilmu logika itu berarti
ilmu berkata benar atau ilmu berpikir benar (Bakry, 1981:18). Dalam kamus
filsafat, logika yang dalam bahasa inggris ‘logic’, latin ‘logica’, yunani
‘logike’ atau ‘logikos’ berarti apa yang dapat dimengerti atau akal budi yang
berfungsi baik, teratur, dan sistematis (Bagus, 1996:519).
Dalam
pengertian lain logika merupakan ilmu berpikir tepat yang dapat menunjukkan
adanya kekliruan-kekeliruan di dalam rantai proses berpikir. Dengan batasan
itu, logika pada hakekatnya adalah teknik berpikir. Logika mempunyai tujuan
untuk memperjelas isi suatu istilah.Dalam arti luas logika adalah sebuah metode
dan prinsip-prinsip yang dapat mengisahkan secara tegas antara penalaran yang
benar dengan penalaran yang salah (Kusumah, 1986:2) . Logika sebagai cabang
filsafat membicarakan aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil kesimpulan
yang benar.
Menurut
Lowis O. Kattsoff (11986:71) logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu, oleh karena itu logika juga
dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan
kesimpulan.Fungsi logika diantaranya adalah untuk membedakan satu ilmu dengan
yang lainnya jika objeknya sama menjadi dasar ilmu pada umumnya dan falsafah
pada khususnya (Kasmadi, dkk, 1990:45)
Konsep bentuk logis adalah
inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas)
sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal
ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara
kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika
silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah
contoh-contoh dari logika formal.Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni
deduktif dan induktif.
Penalaran
deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis- premisnya.
Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah
argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya.Contoh argumen deduktif:
1.
Setiap mamalia punya sebuah jantung
2.
Semua kuda adalah mamalia
3.
Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif, kadang disebut
logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta
khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif:
1. Kuda Sumba
punya sebuah jantung
2.
Kuda Australia punya sebuah jantung
3.
Kuda Amerika punya sebuah jantung
4.
Kuda Inggris punya sebuah jantung
5.
Setiap kuda punya sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan
beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika semua
premis benar maka kesimpulan pasti benar.
|
Jika
premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
|
Semua
informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit,
dalam premis.
|
Kesimpulan
memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
|
B. Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskertaभाषा,
bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia
untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi
yang kompleks, dan sebuah bahasa
adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa
disebut dengan linguistik.Perkiraan jumlah dari bahasa-bahasa di
dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa.
Namun,
perkiraan tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan
bahasa, dan dialek.
Bahasa alami
adalah bicara
atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa
dapat disandikan
ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau
taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis,
braille,
atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia adalah
modalitas-independen. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa"
bisa mengacu pada kemampuan kognitif
untuk dapat belajar, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau
untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau
sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut.
Semua
bahasa bergantung pada proses semiosis
untuk menghubungkan isyarat
dengan makna tertentu.Bahasa oral
dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem
fonologis
yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal
sebagai kata atau morfem,
dan suatu sistem sintaks
yang mengatur bagaimana kata-kata, dan morfem
digabungkan untuk membentuk frasa, dan penyebutan.Bahasa manusia unik karena
memiliki properti-properti produktivitas,
rekursif,
dan pergeseran, dan karena ia secara
keseluruhan bergantung pada konvensi sosial, dan pembelajaran.
Strukturnya
yang kompleks mampu memberikan kemungkinan ekspresi, dan penggunaan yang lebih
luas daripada sistem komunikasi hewan
yang diketahui.Bahasa diperkirakan berasal sejak hominin
mulai secara bertahap mengubah sistem komunikasi primata mereka, memperoleh
kemampuan untuk membentuk suatu teori pikiran
dan intensionalitas
berbagi. Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan meningkatnya
volume otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa telah berkembang
untuk melayani fungsi sosial, dan komunikatif tertentu.
Bahasa
diproses pada banyak lokasi yang berbeda pada otak manusia,
tapi terutama di area Broca dan area Wernicke.Bahasa
berubah dan bervariasi
sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan
bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki oleh bahasa
leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang
diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa.
Bila
dijelaskan sebagai suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri
dari tiga bagian: isyarat,makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan
maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana
isyarat dan makna digabungkan, digunakan, dan diinterpretasikan disebut
dengan semiotik.
Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari
suara, gerak, huruf-huruf atau
simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan, atau
ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti
kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi, suatu isyarat disandikan
dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal kepada penerima yang
menterjemahkannya.
Beberapa
properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah
kesembarangan dari isyarat linguistik, berarti bahwa tidak ada koneksi yang
dapat diprediksi antara suatu isyarat linguistik dan maknanya, dualitas dari
sistem lingustik, berarti bahwa struktur linguistik dibangun dengan
menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur besar yang dapat dilihat sebagai
lapisan-lapisan, misalnya bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk
frasa, ciri-ciri dari elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen
pembangun dari isyarat linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya suara dan
kata, yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan disusun kembali dalam
pola-pola berbeda, dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti bahwa
jumlah terbatas dari elemen-elemen lingustik dapat digabungkan secara teoritis
menjadi sejumlah kombinasi tak terbatas
C.
Korelasi
Antara Bahasa Dan Logika
Dapat
dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika),
akan bergantung dari baik-buruknya alat bahasa yang digunakan.Penggunaan bahasa
sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat
logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari pernyataan
“Lukisan itu tidak jelek”, maka yang saya maksud lukisan itu belum dapat
dikatakan indah, atau saya bermaksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah,
namun saya tidak berani untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya
dapat memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara
seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
Penggunaan
bahasa sebagai alat dari logika masih memiliki kekurangan. Contohnya puisi yang
diubah ke dalam bentuk prosa. Puisi tadi akan kehilangan nilai puisi-nya,
pikiran yang tadi muncul didalam puisi dengan indahnya tidak lagi menghantarkan
maknanya kepada si pembaca. Hakekat kesusastraan berada di atas hubungan dan
batas-batas logika, bahkan keindahana dalam puisi bertentangan syarat-syarat
logika.Begitu pula terjadi didalam peribahasa, perumpamaan-perumpamaan yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari mungkin dapat dimengerti seperti “bintang
lapangan”, “kupu-kupu malam”. Syarat-syarat logika dalam pembentukan peribahasa
diabaikan didalam susunan kata –katanya dan isinya.
Bahasa
sebagai alat logika memiliki kekurangan–kekurangan, karena sebagaian besar
bahasa berkembang dan dipengaruhi oleh proses berpikir secara tidak logis,
seperti simbolisme didalam mitologi. Jadi,bahasa memiliki dua fungsi yang
dilihat dari segi perkembangannya. Bahasa lebih mudah digunakan pada
kesusastraan daripada sebagai alat pemikiran ilmiah umumnya khususnya pada
logika.
Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan
benar, dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar.
Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalm
praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau
kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan
berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan
dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika
sangat berhubungan erat dengan bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar