Nama: Abu Naim
NPM: 13410099
Kelas: 5C
Mengancam kenangan
Teater ini menceritakan sebuah
kenangan seseorang yang masih menggangunya, banyak bayang-bayang yang
menghantui disekelilingnya. Kenangan ini adalah sebuah kenangan yang pahit
untuk dirasakan. 4 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 wanita ini seolah-olah
yang menjadi kenangan masa lalu seorang wanita yang ditokoh menjadi “nyonya”.
Kenangan yang selalu menghantui
pikirannya, setiap hari setiap menit bahkan setiap detikpun kenangan masih
menghantuinya, entah bagaimana ceritanya seorang nyonya itu mempunyai kenangan
yang buruk, kenangan yang selalu muncul dikala dia bernafas dan bisa berubah
apa saja yang ada disekitarnya, mulai dari debu, kerikil, masa kecil anak
lelaki dan temannya yang sedang bermain. Jika debu itu diberi kesempatan untuk
bicara pasti akan membicarakan semuanya.
Menurut saya yang menjadi penghubung
antara masa lalu atau kenangannya yaitu disimbolakan dengan sebuah boneka yang
biasanya dijadikan boneka pajangan baju, dia bisa berbiacara dengan masa
lalunya walau hanya melihat pigura-pigura yang terpasang diruang tamu. Dia tahu
kalau pigura itu tidak bisa berbicara tetapi dia tetap mengusapnya seolah sedang
mengusap anaknya dan setetes air mulai membasahi kaca pigura itu.
Dia
tidak bisa melihat keberadaan seseorang yang seolah-olah menjadi
kenangannya tapi bisa mendengarkan apa yang kenangan katakan. Entah mau tahu
atau tak mau tau ia tetap menutup telingan dan matanya dan hanya bisa
melawannya, jika kenangan itu di lawan maka kenangan itu akan muncul terus
menerus menghantuinya.
Kenangan
itu muncul disimbolkan dalam ruang tamu, kanapa ruang tamu ? karena ruang tamu
tempat dimana orang berkumpul, setiap mau keluar-masuk rumah biasanya
melewatinya, tempat merenungkan sebuah nasib, dsb.
Sekian lama
kenangan itu semakin menghantui atau selalu terbayang-bayang, entah itu masa
lalu yang baik ataupun masa lalu yang buruk. Sampai-sampai kenangan itu membuat
hati nyonya tidak bisa bebrbicara lagi bisa dikatakan kehabisan kata-kata untuk
menjawab obrolannya. Disuatu malam yang tenang nyonya tidak bisa tidur karena
masih teringat kenangan masa lalunya. Dan pagipun memperlihatkan sinarnya,
mungkin karena ingin melupakan kenangannya debu, krikil, dsb yang biasanya ia
bersihkan ia biarkan berserakan.
Suatu hari nyonya mempunyai
keinginan untuk memindahkan pigura yang terpasang diruang tamunya dan
menyimpannya di dalam kotak kayu. Dan lagi-lagi setiap hari ia juga membukanya
dan wajah yang tadinya bahagia langsung merubah menjadi wajah penuh kesedihan.
Setelah pigura itu dipindahkan dari tempatnya maka semakin melekat kenangan itu
pada bayangannya.
Keinginan untuk melupakan kenangan
itu sirna, anak lelaki yang ia tunggunya tidak menyadari penantian nyonya.
Karena anak lelaki yang ia nantikan menyadari kalau bahwa lainlah yang telah membuatkannya
kenangan. Nyonya membuat sebuah liang untuk mengubur hidup-hidup wanita yang
telah mengambil anak lelakinya. Anak lelaki yang di tunggunya belum juga
menyadari kehadirannya, yang bisa dilakukan nyonya hanya mengusap dan berbicara
sendiri dengan pigura-pigura yang terpasang di ruang tamunya.
Namun nyonya hanya bisa diam, yang
mengerti hatinya hanyalah bekas pigura yang pernah terpasang di ruang tamunya.
Satu-satunya tangan yang bisa menghentikan laju air matanya hanyalah tanganya
sendiri.
Di pagi yang cerah dan di pagi yang
mengantarakan bekas jejak kaki diteras rumahnya, nyonya tidak bisa memilih
antara bahagia atau sedih, sedih karena seolah kenangan itu terbayang lagi, dan
bahagia karena kenangan itu di depan matanya.
Mereka berdua mungkin sama seperti
pagi dan malam yang selalu mengingatkan kenangannya untuk hadir kembali lewat
suara dan kebersamaan yang bahagia, marah, dan kesedihan. Sempurna kenangan itu
datang. Kenangan itu datang dengan yang tidak disengaja, dan setelah itu tidak
mau pergi lagi. Sepanjang hari, maka kenangan itu akan semakin menghantuinya
semakin banyak dan tidak ada habisnya. Sayangnya selalu ada ruang untuk
kenangan itu semakin banyak. Dan tidak pernah tahu bagaimana caranya kenangan
itu dimusnahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar