Rabu, 30 Desember 2015

Ulasan Drama Mengancam Kenangan



Nama: Abu Naim
NPM: 13410099
Kelas: 5C
Mengancam kenangan

Teater ini menceritakan sebuah kenangan seseorang yang masih menggangunya, banyak bayang-bayang yang menghantui disekelilingnya. Kenangan ini adalah sebuah kenangan yang pahit untuk dirasakan. 4 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 wanita ini seolah-olah yang menjadi kenangan masa lalu seorang wanita yang ditokoh menjadi “nyonya”.

Kenangan yang selalu menghantui pikirannya, setiap hari setiap menit bahkan setiap detikpun kenangan masih menghantuinya, entah bagaimana ceritanya seorang nyonya itu mempunyai kenangan yang buruk, kenangan yang selalu muncul dikala dia bernafas dan bisa berubah apa saja yang ada disekitarnya, mulai dari debu, kerikil, masa kecil anak lelaki dan temannya yang sedang bermain. Jika debu itu diberi kesempatan untuk bicara pasti akan membicarakan semuanya.

Menurut saya yang menjadi penghubung antara masa lalu atau kenangannya yaitu disimbolakan dengan sebuah boneka yang biasanya dijadikan boneka pajangan baju, dia bisa berbiacara dengan masa lalunya walau hanya melihat pigura-pigura yang terpasang diruang tamu. Dia tahu kalau pigura itu tidak bisa berbicara tetapi dia tetap mengusapnya seolah sedang mengusap anaknya dan setetes air mulai membasahi kaca pigura itu.

Dia  tidak bisa melihat keberadaan seseorang yang seolah-olah menjadi kenangannya tapi bisa mendengarkan apa yang kenangan katakan. Entah mau tahu atau tak mau tau ia tetap menutup telingan dan matanya dan hanya bisa melawannya, jika kenangan itu di lawan maka kenangan itu akan muncul terus menerus menghantuinya.

            Kenangan itu muncul disimbolkan dalam ruang tamu, kanapa ruang tamu ? karena ruang tamu tempat dimana orang berkumpul, setiap mau keluar-masuk rumah biasanya melewatinya, tempat merenungkan sebuah nasib, dsb.

            Sekian lama kenangan itu semakin menghantui atau selalu terbayang-bayang, entah itu masa lalu yang baik ataupun masa lalu yang buruk. Sampai-sampai kenangan itu membuat hati nyonya tidak bisa bebrbicara lagi bisa dikatakan kehabisan kata-kata untuk menjawab obrolannya. Disuatu malam yang tenang nyonya tidak bisa tidur karena masih teringat kenangan masa lalunya. Dan pagipun memperlihatkan sinarnya, mungkin karena ingin melupakan kenangannya debu, krikil, dsb yang biasanya ia bersihkan ia biarkan berserakan.

Suatu hari nyonya mempunyai keinginan untuk memindahkan pigura yang terpasang diruang tamunya dan menyimpannya di dalam kotak kayu. Dan lagi-lagi setiap hari ia juga membukanya dan wajah yang tadinya bahagia langsung merubah menjadi wajah penuh kesedihan. Setelah pigura itu dipindahkan dari tempatnya maka semakin melekat kenangan itu pada bayangannya.

Keinginan untuk melupakan kenangan itu sirna, anak lelaki yang ia tunggunya tidak menyadari penantian nyonya. Karena anak lelaki yang ia nantikan menyadari kalau bahwa lainlah yang telah membuatkannya kenangan. Nyonya membuat sebuah liang untuk mengubur hidup-hidup wanita yang telah mengambil anak lelakinya. Anak lelaki yang di tunggunya belum juga menyadari kehadirannya, yang bisa dilakukan nyonya hanya mengusap dan berbicara sendiri dengan pigura-pigura yang terpasang di ruang tamunya.

Namun nyonya hanya bisa diam, yang mengerti hatinya hanyalah bekas pigura yang pernah terpasang di ruang tamunya. Satu-satunya tangan yang bisa menghentikan laju air matanya hanyalah tanganya sendiri.

Di pagi yang cerah dan di pagi yang mengantarakan bekas jejak kaki diteras rumahnya, nyonya tidak bisa memilih antara bahagia atau sedih, sedih karena seolah kenangan itu terbayang lagi, dan bahagia karena kenangan itu di depan matanya.

Mereka berdua mungkin sama seperti pagi dan malam yang selalu mengingatkan kenangannya untuk hadir kembali lewat suara dan kebersamaan yang bahagia, marah, dan kesedihan. Sempurna kenangan itu datang. Kenangan itu datang dengan yang tidak disengaja, dan setelah itu tidak mau pergi lagi. Sepanjang hari, maka kenangan itu akan semakin menghantuinya semakin banyak dan tidak ada habisnya. Sayangnya selalu ada ruang untuk kenangan itu semakin banyak. Dan tidak pernah tahu bagaimana caranya kenangan itu dimusnahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar